Sabtu, 28 Maret 2015
Jika di daerah lain lele atau limbat umumnya digoreng dan disajikan dengan sambel, di Tapanuli Selatan limbat tidak diperlakukan seperti itu melainkan terlebih dahulu diasap hingga menjadi kering. Pengasapan ini sekaligus sebagai cara agar lelenya menjadi awet karena bisa tahan sampai berbulan-bulan.
Proses pengasapan disebut dengan sale, sehingga ikan limbatnya pun disebut sebagai ikan sale. Selain limbat atau lele, ada ikan jenis lain yang juga diasap seperti baung, lelan bahkan mera (jurung). Zaman dahulu kala, ikan asap biasanya digantung di atas perapian atau tungku tempat memasak agar tetap awet atau setidaknya lebih tahan lama.
Lele asap alias limbat ini, biasanya digoreng lagi untuk kemudian dibubuhi dengan sambal merah yang dicampur dengan bawang panjang. Selain bawang panjang, ada juga yang menaburinya dengan petai, sesuai selera.
Kalau tidak disambel, limbat sering pula digulai dengan bumbu santan sebagaimana gulai pada umumnya. Limbat gulai ini umumnya dicapur dengan kentang atau terong muda dan bumbu khas lainnya, ala Tapanuli Selatan. Aromanya sungguh menggugah selera.
Gule dan sambal limbat, saat ini tidak hanya bisa dinikmati di daerah asalanya di Tapanuli Selatan lantaran sudah banyak restoran di Medan, Jakarta maupun daerah lain khususnya di Sumatera yang sudah menjadikan limbat sebagai menu tambahan, bahkan sebagai menu utama.
http://ikapada.com/read-news-20-5-118-sambal-limbat-yang-menggugah-selera.html#.VT2ZVI6b_IU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar