Kamis, 21 Februari 2013

Ikan Betutu Danau Toba Berpotensi Ekspor



Danau Toba
Ikan Betutu Danau Toba
Balige, Sumut, 22/1 (ANTARA) – Ikan betutu dari perairan Danau Toba, Sumatera Utara, memiliki peluang ekspor cukup besar, terbukti dengan meningkatnya permintaan pasar dari pedagang pengumpul yang menjualnya ke Medan untuk selanjutnya diekspor ke Singapura.
“Sedikitnya satu ton tiap bulan, ikan tersebut saya beli dari para nelayan di beberapa Kecamatan, kemudian menjualnya ke Medan untuk selanjutnya mereka kirim ke berbagai negara seperti Singapura dan Jepang,” kata Silalahi, salah seorang pedagang pengumpul Ikan Betutu di Balige, Sabtu.
Ia mengatakan, hasil tangkapan ikan dari perairan Danau Toba itu dijual oleh nelayan seharga Rp 150 ribu per kilo dengan ukuran besar rata-rata di atas satu kilogram per ekor, sesuai kriteria ekspor yang dikehendaki konsumen di luar negeri, seperti Singapura, Jepang dan Korea.
Menurut dia, untuk memperoleh ukuran berat seperti itu, para nelayan di kawasan Danau Toba tidak terlalu sulit, karena benihnya telah ditabur oleh Jenderal (Purn) TB Silalahi sejak beberapa tahun lalu dan kemudian berkembang, hingga hasil tangkapan yang memenuhi persayaratan ekspor dapat terpenuhi.
Disebutkannya, setiap pekan pada hari Jumat di Kota Balige, sedikitnya bisa terkumpul sebanyak 200 kilogram ikan dari sejumlah nelayan.
Silalahi mengatakan, ikan betutu oleh masyarakat setempat dinamai juga sebagai ‘ikan malas sioto’, sesuai sifat ikan yang terkesan malas dan terlihat bodoh, namun memiliki nilai gizi cukup tinggi, sehingga sangat diminati konsumen untuk pasar ekspor.
Kabid Perikanan Dinas Pertanian Kabupaten Toba Samosir, Tua Pangaribuan, menyebutkan, selain konsumsi lokal, berat ikan di atas 900 gram per ekor menjadi komoditi ekspor dan harga jual di tingkat petani, saat ini bisa mencapai Rp150 ribu per kg.
Ia mengaku, sampai sekarang pihaknya belum melakukan penanganan khusus dan spesifik atas komoditi ini, padahal peluang pengembangan jenis ikan air tawar tersebut cukup besar dan menjanjikan.
“Budidaya dan teknik pemijahan yang memadai belum dilakukan dan belum ada produksi serta penyediaan benih secara teratur,” tambahnya.
Meski demikian, kata dia, pihaknya tetap memberikan penyuluhan kepada kelompok nelayan binaan, tujuannya agar mereka lebih mengerti keseimbangan ekosistem dan ikan ukuran kecil tidak perlu ditangkap, supaya siklus perkembangannya bertambah.





 Sumber : © 2013 ANTARA Sumut : Portalnya Orang Sumut. All Rights Reserved.


2 komentar: