Senin, 25 Februari 2013

Kementerian Kelautan dan Perikanan Bangun SPBU Solar


 Kementerian Kelautan dan Perikanan Bangun SPBU Solar
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan akan fokus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bergerak pada sektor kelautan dan perikanan.
Hal tersebut diwujudkan melalui bantuan langsung kepada nelayan serta pelatihan, dimana nantinya mereka diajarkan untuk bisa mandiri di sektor yang dijalani.
" Hal itu dijelaskan melalui Peraturan Presiden nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan Instruksi Presiden nomor 15 Tahun 2011 tentang Perlindungan Nelayan telah didorong program Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN)," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo yang melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Batubara, Sumatera Selatan pekan ini.
Menurutnya, program tersebut secara efektif telah dilaksanakan sejak tahun 2011, dengan pencanangan kawasan PKN berbasis industrialisasi perikanan terpadu.
Dia menjelaskan, terdapat 8 kegiatan utama didalam program PKN yakni pembangunan rumah sangat murah bagi nelayan, tersedianya pekerjaan alternatif dan tambahan bagi keluarga nelayan serta bantuan langsung masyarakat berupa skema UMK dan KUR.
Program lainnya adalah pembangunan SPBU solar, pembangunan cold storage serta angkutan umum murah. Termasuk pembangunan fasilitas sekolah dan puskesmas serta fasilitas Bank Rakyat. Program PKN akan berlangsung bertahap hingga tahun 2014 dengan menyasar rumah tangga miskin nelayan di 816 pelabuhan perikanan.
"Untuk Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara, program ini dilaksanakan di PPI Desa Lalang, PPI Tanjung Tiram, PPI Perupuk dan PPI Pangkalan Dodek," jelas Sharif kepada wartawan saat melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Batubara, Sumatera Selatan pekan ini.
Sharif menjelaskan, untuk mendukung program PKN di Batu Bara, KKP sendiri telah mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pembangunan kelautan dan perikanan. Khususnya yang sudah terealisasi antara lain, penyalurann BLM PUMP Perikanan Tangkap sebanyak 26 KUB dengan nilai Rp 2,6 miliar, pembangunan Kapal >30 GT sebanyak 1 unit dengan nilai Rp 1,5 Miliar serta sarana pemasaran sebanyak 1 paket dengan nilai Rp 50 juta.
Bantuan lain berupa sarana sistem rantai dingin sebanyak 1 paket dengan nilai Rp 50 juta. Bantuan juga berasal dari dana DAK Kabupaten Batu Bara, berupa pengadaan Kapal Motor 5 GT, pengadaan alat penangkapan ikan, pengadaan peralatan pengolahan sederhana, pembangunan pondok jaga, pembangunan tempat tambat labuh serta mesin kapal pengawas.
“Kami berharap seluruh bantuan dan fasilitas tentunya dapat bermanfaat dan memberikan hasil yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Kab. Batu Bara," jelasnya.
Alokasi anggaran tahun 2013 ini, sambung Sharif, KKP akan mengalokasikan anggaran pusat sebesar Rp 2 miliar untuk program BLM PUMP Perikanan Tangkap sebanyak 20 KUB dan BLM PUMP Perikanan Budidaya sebanyak delapan KUB dengan nilai Rp 520 juta.
Disamping itu, bantuan sarana pemasaran sebanyak 1 paket dengan nilai Rp 50 juta, pengadaan mesin pembuat es sebanyak 1 paket dengan nilai Rp 1,27 miliar serta pembuatan bangsal pengolahan sebanyak 1 paket dengan nilai Rp 450 juta.
KKP juga membantu penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan sebanyak 1 paket dengan nilai Rp 359 juta.
“Sedangkan Anggaran DAK Kabupaten berupa penyediaan sarana percontohan budidaya rumput laut metode long line, kolam percontohan budidaya air tawar, pengadaan peralatan pengolahan sederhana, pembangunan garasi speed boat pengawas dengan nilai Rp 1,36 miliar," tambahnya.
Sementara itu, Dirjen Perikanan Tangkap KKP, Gelwynn Jusuf, mengatakan KKP akan terus mendorong pengembangan industrialisasi kelautan dan perikanan berbasis komoditas unggulan yang ada di daerah yang semata-mata bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing dan produktivitas usaha.
Program akan optimal melalui pengembangan dan modernisasi sistem produksi dan pemasaran yang terintegrasi dari hulu sampai dengan hilir.
Dengan pendekatan industrialisasi diharapkan akan tercipta mata rantai usaha/industri perikanan dan kelautan nasional yang kuat dan kompetitif di tingkat global.
"Tentunya semua program tersebut memberi dukungan terhadap perluasan penyerapan tenaga kerja (pro job), kontribusi dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional (pro growth), serta turut andil dalam penanggulangan kemiskinan (pro poor)," paparnya.
Dikatakannya, sejalan dengan proses industrialisasi perikanan dan kelautan, mulai tahun ini akan dilaksanakan konsep baru dalam tatanan pembangunan kelautan dan perikanan yakni konsep blue economy.
Konsep ini secara garis besar akan menjadi koridor agar pembangunan yang dilakukan tetap menjadi prinsip-prinsip kelestarian dan keberlanjutan sumber daya (pro environment). Adapun prinsip konsep pembangunan blue economy antara lain efisien dalam menggunakan sumber daya alam, nir-limbah (zero waste), serta menciptakan inklusivitas sosial.


 Compact_sharif_c_sutardjo

TANJUNG TIRAM, Batubara-Sumut – Kementerian Keluatan dan Perikanan mengucurkan dana sebesar Rp7,98 miliar untuk mengembangkan potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Batubara, Sumatra Utara.
 
Bantuan diserahkan langsung oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo kepada Bupati Batubara OK Arya Zulkarnain di Desa Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, Sabtu (23/2).
 
Turut hadir Dirjen Perikanan Tangkap Gellwynn Jusuf, serta disaksikan langsung oleh masyarakat dan nelayan di kabupaten tersebut.
 
Sharif mengatakan bantuan tersebut merupakan bagian dari program Peningkatan Kehidupan Nelayan sesuai dengan Instruksi Presiden No 15/2011 yang telah berlangsung sejak 2011 hingga 2014.
 
“Tahun ini bantuan yang diberikan sebesar Rp7,98 miliar untuk Kabupaten Batubara. Program ini akan dilaksanakan di empat lokasi yakni PPI Desa Lalang, PPI Tanjung Tiram, dan PPI Perupuk, dan PPI Pangkalan Dodek,” ucapnya disela penyerahan bantuan program PKN di Batubara, Sabtu (24/2).
 
Alokasi tersebut antara lain dianggarkan untuk program BLM PUMP Perikanan Tangkap sebanyak 20 paket senilai Rp2 miliar dan BLM PUMP Perikanan Budidaya sebanyak 8 KUB dengan nilai Rp520 juta.
 
Di samping itu, akan ada pengadaan sarana pemasaran (pasar) senilai Rp50juta. Bantuan juga dialokasikan untuk pengadaan mesin pembuat es sebanyak 1 paket senilai Rp1,27 miliar, 1 paket pembuatan bangsa pengelolaan senilai Rp450 miliar.
 
KKP juga membantu menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan sebanyak 1 paket dengan nilai Rp359 miliar, selain 541 kartu nelayan.
 
Selain dari pemerintah pusat, ada pula Dana Alokasi Khusus Kabupaten senilai Rp1,36 miliar. Dana tersebut digunakan untuk penyediaan sarana percontohan budidaya rumput laut metode long line, kolam percontohan budidaya air tawar, pengadaan peralatan pengolahan sederhana, pembangunan garasi speed boat pengawasan.
 
Sharif mengatakan pihaknya terus berkomitmen untuk meningkatan kesejahteraan dan potensi kelautan di kabupaten Batubara. Hal ini terlihat dari peningkatan anggaran dimana tahun lalu KKP hanya mengalokasikan sekitar Rp5 miliar.
 
Dana tersebut telah dipergunakan antara lain untuk penyaluran BLM PUMP Perikanan Tangkap sebanyak 26 KUB senilai Rp2,6 miliar, pembangunan kapal 30 GT sebanyak 1 unit senilai Rp1,5 miliar serta sarana pemasaran 1 paket dengan nilai Rp50 juta.
 
Sementara itu, Bupati Batubara OK Arya Zulkarnain mengatakan bantuan yang diberikan tersebut akan dipergunakan secara maksimal untuk memperbaiki dan mengembangkan sektor perikanan dan keluatan.
 
Menurutnya dari 7 kecamatan, 5 diantaranya berada di pesisir dengan garis pantai 62 km dimana 1/3 penduduk mencari nafkah sebagai nelayan.
 

KKP Bantu Nelayan Kabupaten Batubara Rp 7,99 Miliar


Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memberikan bantuan senilai Rp 7,99 miliar kepada masyarakat nelayan di Kabupaten Batubara, Medan, Sumatera Utara (Sumut).

Bantuan tersebut akan diserahkan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C Sutardjo, dalam kunjungan kerja ke Kabupaten Batubara, Sabtu (23/2) siang.

Menurut Sharif, bantuan tersebut digunakan untuk delapan program, antara lain Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP), pengadaan speed boat, dan pengembangan SDM.

Dari total bantuan, Rp 2,21 miliar digunakan untuk 34 paket PUMP Perikanan Budidaya dan Rp 2 miliar untuk 20 paket PUMP Perikanan Tangkap.

Selain itu, Rp 1,650 miliar digunakan untuk pengadaan speed boat pengawas dan Rp 1,269 miliar untuk pengadaan mesin pembuat es untuk mengawetkan ikan.

KKP juga memberikan bantuan Rp 450,31 juta untuk pembuatan bangsal pengolahan ikan, Rp 359,4 juta untuk pengembangan SDM, dan Rp 50 juta untuk pengadaan sarana pemasaran ikan.

Pada kesempatan itu, Sharif juga menyerahkan 541 kartu nelayan kepada masyarakat nelayan di Kabupaten Batubara.


KKP Bantu Program Pkn Kabupaten Batubara Sumut

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membantu program Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN) berbasis industrialisasi perikanan terpadu di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara.
Siaran pers KKP yang diterima di Jakarta, Minggu, menyebutkan terdapat delapan kegiatan utama di dalam Program PKN, antara lain pembangunan rumah sangat murah bagi nelayan, tersedianya pekerjaan alternatif dan tambahan bagi keluarga nelayan, serta bantuan langsung masyarakat berupa skema KUR (kredit usaha rakyat).     

Sedangkan program lainnya yakni pembangunan SPBU solar, pembangunan "cold storage" serta angkutan umum murah, termasuk pembangunan fasilitas sekolah dan puskesmas serta fasilitas Bank Rakyat.

Program PKN akan berlangsung bertahap hingga tahun 2014 dengan menyasar rumah tangga miskin nelayan yang tersebar di 816 pelabuhan perikanan di berbagai daerah.

Untuk Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara, program tersebut dilaksanakan di PPI (Pusat Pendaratan Ikan) Desa Lalang, PPI Tanjung Tiram, PPI Perupuk dan PPI Pangkalan Dodek.

Guna mendukung program PKN di Batubara, KKP sendiri telah mengalokasikan anggaran untuk kegiatan pembangunan kelautan dan perikanan.

Khususnya yang sudah terealisasi antara lain, penyaluran BLM PUMP (Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Usaha Mina Pedesaan) Perikanan Tangkap sebanyak 26 KUB (Kelompok Usaha Bersama) dengan nilai Rp2,6 miliar.

Selain itu, terdapat pula pembangunan Kapal >30 GT sebanyak satu unit dengan nilai Rp1,5 miliar serta sarana pemasaran sebanyak satu paket dengan nilai Rp50 juta, serta sarana sistem rantai dingin sebanyak satu paket dengan nilai Rp50 juta.

Bantuan juga berasal dari dana alokasi khusus (DAK) Kabupaten Batubara, berupa pengadaan Kapal Motor 5 GT, pengadaan alat penangkapan ikan, pengadaan peralatan pengolahan sederhana, pembangunan pondok jaga, pembangunan tempat tambat labuh serta mesin kapal pengawas.

Sebagaimana diketahui, pada tahun 2013 ini, KKP akan mengalokasikan anggaran pusat sebesar Rp2 miliar untuk program BLM PUMP Perikanan Tangkap sebanyak 20 KUB dan BLM PUMP Perikanan Budidaya sebanyak 8 KUB dengan nilai Rp520 juta. (ant)

sumber : Harian Medan Bisnis

Kamis, 21 Februari 2013

Satpol Air Tangkap Delapan Unit Pukat Gerandong

Langkat, Sumut, 19/2 (Antara) – Satuan polisi air Polres Langkat Kabupaten Langkat Sumatera Utara menangkap delapan unit pukat gerandong tarik dua, yang sedang beroperasi di perairan nelayan tradisional yang ada di pesisir pantai timur Langkat.
“Kita tangkap delapan unit pukat gerandong yang sedang beroperasi di kawasan pesisir pantai Langkat,” kata Kepala Satuan Polisi Air Polres Langkat, AKP Suwito Widodo di Stabat, Selasa.
Pukat gerandong tersebut berasal dari Belawan, masuk pada posisi baris 10 perairan Tapak Kuda Langkat, katanya.
Mendapat informasi tersebut pihaknya lalu melakukan pengejaran dengan kapal patroli Pol KP II 2017, dan menangkap kedelapan unit pukat gerandong yang sedang menarik ikan di perairan tersebut.
“Mereka sedang beroperasi menarik ikan, terutama ikan teri di perairan tersebut,” tegasnya.
Ada empat nakhoda kapal yang kita amankan, berikut 22 orang anak buah kapal, beserta delapan kapal pukat gerandongnya.
Kita akan bawa kepal-kapal tersebut untuk diamankan dan dilakukan penyelidikan dan penyidikan, kepangkalan terdekat yang ada di Kwala Serapuh Langkat, kata Widodo.
Widodo juga mengungkapkan bahwa pukat gerandong yang diamankan tersebut terdiri dari kapal motor Rezeki Laut I dan II, KM Star Lea I, II, dan KM Sakti I dan II.
“Sedang dilakukan penarikan dan pengamanan terhadap kapal tersebut ke pangkalan terdekat,” ujarnya.
Kepada para pelaku kita ancam dengan undang undang nomor 45/2009 dan undang undang nomor 34/2004.
Secara terpisah Ketua Penegak Amanat Rakyat Sumatera Utara, Surkani mengungkapkan rasa terima kasihnya atas kinerja Satpol air Langkat yang berhasil mengamankan dan menangkap para pelaku pencurian ikan dengan mempergunakan pukat gerandong.
“Kami sangat apresiasi kinerja satuan polisi air Poles Langkat,” katanya.
Diharapkan para pelaku yang diamankan tersebut dapat dihukum seberat-beratnya, agar tidak lagi menjarah di perairan nelayan tradisional di Langkat ini.
“Sebab akibat kejadian beberapa waktu yang lalu, cukup sudah penderitaan nelayan tradisional untuk menjadi perhatian bagi kita bersama,” katanya.***2***



Cara Pembenihan Ikan Betutu

Sebagaimana yang dilakukan terhadap berbagai jenis ikan lainnya, untuk memulai memijahkan ikan betutu, ada beberapa langkah yang harus dilakukan.
Mulai dari seleksi indukan hingga proses pemijahannya harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan kesabaran.
Langkah – langkah yang harus dilakukan oleh pembudidaya ikan betutu adalah :
A. SELEKSI INDUKAN
Ikan betutu yang akan dijadikan indukan harus memenuhi berbagai persyaratan berikut ini :
  • Mempunyai berat 150 – 200 gram.
  • Tubuh ikan betutu jantan lebih ramping dari ikan betutu betina.
  • Diperoleh dengan cara menangkap dari alam.
  • Dalam kondisi sehat.
  • Organ tubuhnya lengkap.
  • Berada dalam masa produktif.
B. PERSIAPAN PEMIJAHAN
Induk yang akan dipijahkan dapat ditempatkan ke dalam kolam pemijahan dan diadaptasikan terlebih dahulu selama 2 bulan. Kolam pemijahan harus dilengkapi dengan substrat yang akan digunakan sebagai tempat untuk menempelkan telur.
Substrat ini dapat dibuat dari pipa paralon berdiameter 4 inci dengan panjang 40 cm yang dibelah dan kemudian dijadikan satu kembali dengan menggunakan tali. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam merawat indukan adalah :
  • Setiap hari air kolam dibersihkan dengan cara mengganti 30 % air lama dengan air baru.
  • Pakan yang dapat diberikan adalah berupa pellet yang mempunyai kadar protein sebesar 50 % agar proses kematangan gonad dapat dipercepat menjadi 2 bulan.
  • Dosis pakan yang diberikan untuk setiap harinya adalah sebesar 3 % dari total berat badan ikan dan diberikan sebanyak 3 kali dengan porsi makan malam lebih besar daripada makan pagi dan siang.
  • Ciri – ciri indukan yang telah matang gonad adalah : Jantan : jika perutnya diurut akan keluar sel sperma. Betina : perutnya membuncit, alat kelaminnya terlihat dan berwarna kemerahan.
C. PEMIJAHAN
Proses pemijahan akan terjadi pada malam hari. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pembudidaya ikan betutu setelah proses pemijahan terjadi :
  1. Pengontrolan terhadap substrat sarang telur.
  2. Memindahkan substrat – substrat tersebut ke dalam kolam penetasan yang telah berisi air dan teraerasi.
  3. Telur akan menetas dalam kurun waktu 2 – 3 hari pasaca pemijahan oleh karenanya substrat harus diangkat.
  4. Setelah menetas, pakan yang diberikan terhadap larva – larva ini harus disesuaikan dengan umurnya. Umur 1 – 8 hari : paramecium; Umur 1 bulan : rotifera; Umur 1,5 bulan : moina.]
  5. Setelah menjadi burayak, segera pindahkan mereka ke dalam bak bersirkulasi dengan kepadatan tebar 200 ekor.
  6. Pakan yang dapat diberikan kepada burayak adalah berupa cacing rambut, pelet dan ikan runcah. Pakan ini dapat diberikan 3 kali sehari dan berlangsung selama 2,5 bulan.
  7. Setelah beratnya mencapai 2 gram, burayak ikan betutu dapat segera dimasukkan ke dalam karamba yang berukuran 50 x 50 ( mampu menampung 10 ekor ) dimana karamba nanti diletakkan ke dalam kolam berukuran 5 x 7 m. Selama berada disana, benih ikan dapat diberi pakan berupa ikan dan udang – udang kecil dan dipelihara selama 2,5 bulan hingga beratnya mencapai 10 gram dan siap untuk dipindahkan ke dalam kolam pembesaran.

Ikan Betutu Danau Toba Berpotensi Ekspor



Danau Toba
Ikan Betutu Danau Toba
Balige, Sumut, 22/1 (ANTARA) – Ikan betutu dari perairan Danau Toba, Sumatera Utara, memiliki peluang ekspor cukup besar, terbukti dengan meningkatnya permintaan pasar dari pedagang pengumpul yang menjualnya ke Medan untuk selanjutnya diekspor ke Singapura.
“Sedikitnya satu ton tiap bulan, ikan tersebut saya beli dari para nelayan di beberapa Kecamatan, kemudian menjualnya ke Medan untuk selanjutnya mereka kirim ke berbagai negara seperti Singapura dan Jepang,” kata Silalahi, salah seorang pedagang pengumpul Ikan Betutu di Balige, Sabtu.
Ia mengatakan, hasil tangkapan ikan dari perairan Danau Toba itu dijual oleh nelayan seharga Rp 150 ribu per kilo dengan ukuran besar rata-rata di atas satu kilogram per ekor, sesuai kriteria ekspor yang dikehendaki konsumen di luar negeri, seperti Singapura, Jepang dan Korea.
Menurut dia, untuk memperoleh ukuran berat seperti itu, para nelayan di kawasan Danau Toba tidak terlalu sulit, karena benihnya telah ditabur oleh Jenderal (Purn) TB Silalahi sejak beberapa tahun lalu dan kemudian berkembang, hingga hasil tangkapan yang memenuhi persayaratan ekspor dapat terpenuhi.
Disebutkannya, setiap pekan pada hari Jumat di Kota Balige, sedikitnya bisa terkumpul sebanyak 200 kilogram ikan dari sejumlah nelayan.
Silalahi mengatakan, ikan betutu oleh masyarakat setempat dinamai juga sebagai ‘ikan malas sioto’, sesuai sifat ikan yang terkesan malas dan terlihat bodoh, namun memiliki nilai gizi cukup tinggi, sehingga sangat diminati konsumen untuk pasar ekspor.
Kabid Perikanan Dinas Pertanian Kabupaten Toba Samosir, Tua Pangaribuan, menyebutkan, selain konsumsi lokal, berat ikan di atas 900 gram per ekor menjadi komoditi ekspor dan harga jual di tingkat petani, saat ini bisa mencapai Rp150 ribu per kg.
Ia mengaku, sampai sekarang pihaknya belum melakukan penanganan khusus dan spesifik atas komoditi ini, padahal peluang pengembangan jenis ikan air tawar tersebut cukup besar dan menjanjikan.
“Budidaya dan teknik pemijahan yang memadai belum dilakukan dan belum ada produksi serta penyediaan benih secara teratur,” tambahnya.
Meski demikian, kata dia, pihaknya tetap memberikan penyuluhan kepada kelompok nelayan binaan, tujuannya agar mereka lebih mengerti keseimbangan ekosistem dan ikan ukuran kecil tidak perlu ditangkap, supaya siklus perkembangannya bertambah.




Rabu, 20 Februari 2013

Jenis-Jenis Alat Tangkap Ikan
























Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan (SHTI) Yang Di Terbitkan DI Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Tahun 2012

       Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan (SHTI)  Pada prinsipnya dapat di berikan kepada kapal perikanan berbendera Indonesia, atas hasil tangkapan ikan yang di daratkan serta telah memenuhi semua dari ketentuan yang di persyaratkan.  SHTI Secara Umum merupakan : 1. dokumen yang harus dimiliki untuk mempermudah dan melancarkan kegiatan perdagangan produk perikanan khususnya bagi pemenuhan permintaan pangsa pasar negara-negara Uni Eropa, 2. merupakan salah satu instrument pemerintah dalam rangka mengatasi, memerangi dan memberantas praktek IUU Fishing yang dewasa ini semakin marak terjadi, 3.SHTI juga merupakan Alat bantu untuk melaksanakan pengawasan terhadap jaminan keamanan serta penelusuran (Tracebility) produk perikanan yg masuk ke Negara Tujuan Ekspor.
             Jumlah Lembar SHTI yang di Terbitkan Di PPS Belawan pada Tahun 2012 adalah :
LA (Lembar Awal)                                          : 191 Sertifikat  = 2.584.521,00 Kg
LT (Lembar Turunan)                                      : 409 Sertifikat  =    856.732,11 Kg
LTS (Lembar Turunan Yang Disederhanakan : 566 Sertifikat  = 5.882.096,78 Kg
Total Sertifikat                                                 : 1166 Sertifikat = 9.323.349,89 Kg

Total Ikan Yang di Ekspor Melalui Penerbitan SHTI yang di Keluarkan Di PPS Belawan 6.738.828,89 kg.
Jenis Ikan Yang di Ekspor Melalui Penerbitan SHTI yaitu Cumi-cumi, Gurita, Sotong, Tuna, Udang, Koli Jenggot, Cakalang, Rajungan, Kepiting, Makarel dan Kerang.
Perusahaan yang mengekspor Produk Perikanan Melalui Penerbitan SHTI yaitu PT. Seafood Sumatera Perkasa, PT. Medan Tropical Canning, PT. Red Ribbon, PT. Laut United, PT.Sari Ayuwindu Semesta, Toba Surimi



75 Persen Investasi Perikanan Swiss Berada di Sumut

Nilai investasi Swiss pada bidang perikanan di Indonesia sebesar Rp USD 30 juta. Investasi perikanan oleh PT Aquafarm Nusantara tersebut terdapat di dua provinsi, yakni Jawa Tengah dan Sumatera Utara.
"Nilai investasi Swiss di perikanan senilai USD 30 juta, di Jawa Tengah dan Sumatera Utara. Namun, dari jumlah itu yang terbesar terdapat di Sumut sebanyak 75 persen, sedangkan di Jawa Tengah hanya 25 persen," ujar Presiden Direktur PT Aquafarm Nusantara, Freek Huskens kepada sejumlah wartawan di Medan, kemarin (21/1/2013).

Ia mengatakan hasil yang di panen perusahaan budidaya ikan Tilapia (Nila) tersebut pertahun sebanyak 25 ribu ton. Hasilnya diekspor ke negara Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa.

"Mengapa juga kita harus ekspor?, karena kami tidak mau bersaing dengan pasar lokal. Kami tidak ingin meganggu usaha warga lainnya di Indonesia," ujar Freek yang terdengar  fasih berbicara dalam bahasa Indonesia.

Sebelumnya, Duta Besar Swiss di Indonesia, HE Heinz Walker-Naderkoorn menyebut kedepan Swiss memikirkan bagaimana menciptakan nilai tambah terhadap hasil perikanan yang diinvestasikan di Indonesia. Diharapkannya nilai tambah tersebut bisa menguntungkan dan dinikmati rakyat Indonesia, khususnya lokasi-lokasi tempat budidaya ikan PT Aquafarm Nusantara.

"Misalnya saja, bagaimana kita bisa tidak mengekspor ikan dalam kondisi mentah. Atau sudah diproses di Indonesia. Ini kan sebuah nilai tambah," ujar Walker dalam media brifing dengan wartawan di Medan


BBPPI Semarang Selidiki Pukat Teri di Belawan


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNbwRQEfoiLW6WnaOoDL2mXj9hyphenhyphenpeXdkuiRPRfio4NnYbHDOaW7dSjBbHfN_Pw8n8v9c_rdVkq4oS4ScK34tNHbX_i7jaaTQiA2UcH-gL0UvZsj1gf39JuwmUqX0G6hjOdAwE9kzCfhZo/s1600/bppi+semarang.jpg

Guna menyelidiki serta mengetahui secara dekat soal operasional kapal pukat teri yang sebelumnya sempat dituduh sebagai pukat gerandong yang tak ramah lingkungan, akhirnya petugas tim dari Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan (BBPPI) Semarang yakni Suherianto dan Fakruddin akhirnya turun ke kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan (PPSB) Gabion selama beberapa hari didampingi HNSI Medan serta penggurus Assosiasi Nelayan dan Pengusaha Pukat Teri (ANPATI).


Selain turut langsung ikut ke laut melihat operasional kapal pukat teri secara dekat, Tim dari BBPPI Semarang juga sempat berbincang dengan masyarakat nelayan dan rekan Pers di sekretariat kantor HNSI Kota Medan Jalan Pelabuhan No 6 Belawan.Pada intinya tim yang telah terjun langsung tersebut akan mengkaji alat tangkap pukat teri yang terancam dilarang akibat Permen 02 tahun 2011 tersebut.

Ketua DPC HNSI Kota Medan Zulfachri Siagian, Sabtu (16/02/2013) menyatakan, menyambut baik kehadiran tim petugas dari BPPI Semarang tersebut guna melihat langsung cara kerja operasional kapal pukat teri gandeng dua yang ternyata memang ramah lingkungan dan hasil tangkapannya seletif sebab yang ditangkap hanya ikan teri saja.

Hal senada juga disampaikan Sekjennya Alfian MY ANPATI mengatakan, operasional kapal pukat teri tarik dua jauh beda dengan kapal pukat gerandong yang prakteknya menggunakan pukat yang sampai ke dasar laut hingga rusaknya ekosistem laut.

Sedangkan kapal pukat teri tarik dua merupakan alat tangkap yang selektif khusus menangkap ikan teri saja, karena pukatnya tak sampai ke dasar laut melainkan hanya di tengah dan permukaan dengan menentang arus memakai kantong serta pemberat penyeimbang sesuai kebutuhan agar posisi pukat tak mengapung, sedangkan 2 unit kapal difungsikan sebagai penahan pukat agar pukat tetap mengembang dan tak hanyut terbawa arus  dengan kecepatan kapal rata-rata 0,9 knot, alat ini hanya dapat digunakan sesuai dengan musim, bila musim air pasang besar maka alat tangkap ini tak bisa digunakanoleh nelayan pukat teri.

Hasil tangkapan pukat teri adalah jenis ikan teri kecil (teri nasi, teri Medan) atau dikenal  teri Pikbud, serta dikategorikan jenis ikan pelagis yang hidup diatas air permukaan, sifatnya menetap mengikuti arus air laut dan sangat rapuh, artinya ikan teri ini akan hancur apabila kecepatan kapal ikan terlalu cepat. Apabila tangkapan bercampurdengan ikan-ikan jenis lainnya dan besar-besar, ikan teri kami akan hancur sehingga kami khusus menangkap ikan teri.

Ikan teri hasil tangkapan kapal Pikbud ini merupakan icon kota Medan sebagai oleh-oleh kebangaan wisatawan lokal dan mancanegara, pendamping Kue Binka Ambon, Syirup marquisa pohon pinang dan lainnya sebagai buah tangan dari kota Medan.

Bahkan kata Alfian, persoalan kapal pukat teri tarik dua ini telah diadakan pertemuan dengan pihak PPSB Gabion, disana seluruh pengusaha dan pemilik kapal pukat teri tarik dua dikumpulkan di aula kantor PPSB Gabion hingga disepakati bahwasannya kapal pukat teri tarik dua bukanlah kapal pukat gerandong, melainkan kapal pukat teri yang ramah lingkungan serta seletif sebab hanya ikan teri saja yang ditangkap.Terang Alfian yang juga selaku Wakil Ketua DPC HNSI Kota Medan.

(Abu/Salim/Mdn). 

Selasa, 19 Februari 2013

Kapal Nelayan Bantuan Tak Terpakai

Kapal Nelayan Bantuan Tak Terpakai
Dua unit kapal ikan bantuan Program Inka Mina Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk nelayan ternyata belum dipergunakan. Kedua kapal itu masih parkir karena belum dapat dioperasikan. Setelah diserahkan Desember 2012 silam kepada kelompok nelayan, hingga kini kapal berukuran 30 GT belum bisa dimanfaatkan nelayan penerima.




“Kapal pertama belum dioperasikan karena ijin operasinya belum keluar, sehingga nelayan tidak
berani memakainya,” ujar Plt Gubsu H Gatot Pujo Nugroho setelah mendapat penjelasan nelayan, di UPTD Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Nelayan Indah, Kelurahan Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan Belawan, Jumat (25/1). Seperti diketahui ijin operasi untuk kapal 30 GT dikeluarkan oleh KKP.
Satu kapal lainnya mengalami perbaikan dan penambahan-penambahan yang dianggap perlu oleh nelayan demi kesempurnaan. Kapal nelayan ini masing-masing mempunyai kemampun daya tampung 30 Gross Ton (GT), yang diberikan kepada kelompok nelayan beranggotakan maksimal 30 nelayan.
Kunjungan Plt Gubsu tersebut demi memastikan kesiapan operasional kapal bantuan tersebut. Sejak penyerahan Desember 2012 silam, belum ada satupun yang dapat dioperasikan. Gatot berharap kapal segera dapat dimanfaatkan para nelayan sehingga dapat meningkatkan pendapatan mereka.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provsu, OK Zulkarnaen mengatakan kemampuan daya tangkap ikan dari kedua kapal program Inkamina tetap tergantung dari kondisi laut. Kalau musim baik maka nelayan dalam waktu 10-20 hari bisa melaut dan membawa pulang ikan sebanyak 20 ton.
Bantuan Kapal Inka Mina yang dilakukan KKP merupakan implementasi dari Instruksi Presiden Nomor 01 Tahun 2012 tentang Percepatan Pembangunan Nasional melalui Restrukturisasi Armada Penangkapan Ikan dari ukuran kecil menjadi ukuran menengah besar agar dapat beroperasi ke laut lepas lebih dari 12 mil.
Tiap kapal dilengkapi mesin utama berukuran 170 PK, generator set 20 KVA, alat tangkap yang ditentukan sesuai kebutuhan, fish finder, Geography Position System (GPS), serta radio band CB untuk mengirim informasi. Bahkan, kapal juga dapat memberikan informasi dari laut ketika melihat kapal asing ilegal menangkap ikan di perairan Indonesia.
Program bantuan kapal Inka Mina ditargetkan sebanyak 1.000 kapal pada tahun 2010-2014. Total anggaran untuk pengadaan kapal itu sebanyak Rp 1,5 triliun. Hingga tahun 2012 sudah terealisasi sebanyak 521 unit.